Contact us now for any inquiry about shipment  click here

SindoShipping by Seeds (S) Int P/L Co Reg UEN 202523778K

SindoShipping is more than a courier. It’s the trusted logistics partner that powers Indonesia’s new wave of digital entrepreneurs. With a clean flat-rate model, a laser focus on cross-border pain points, and a digital-first outreach strategy, We are aiming to enable more local business in Indonesia.

We are cross-border logistics and e-commerce enabler that empowers Indonesian resellers, SMEs, and digital sellers to import products seamlessly from Singapore, USA, China, Korea, and other global trade hubs. We combine freight forwarding, warehousing, customs clearance, and last-mile delivery into a single affordable and transparent platform..

Bisnis barang mewah thrifting impor telah menjadi salah satu sektor yang cukup menjanjikan di era e-commerce ini. Fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di berbagai belahan dunia, karena berbagai faktor seperti kemajuan teknologi, pergeseran pola konsumsi, dan meningkatnya kesadaran konsumen terhadap keberlanjutan. Dalam konteks global, pasar barang preloved, termasuk barang mewah, diperkirakan akan mencapai nilai sekitar USD 77 miliar pada tahun 2025, meningkat drastis dari sekitar USD 36 miliar pada tahun 2021. Angka ini menunjukkan bahwa thrifting barang mewah bukan lagi sekadar tren, tetapi telah menjadi pilar penting dalam industri ritel modern.

Salah satu alasan utama mengapa bisnis ini menjanjikan adalah luasnya jangkauan yang ditawarkan oleh e-commerce. Melalui platform seperti Vestiaire Collective, The RealReal, dan Depop, konsumen dari berbagai negara dapat dengan mudah membeli barang mewah preloved tanpa perlu datang ke toko fisik. Di Indonesia, platform lokal seperti Tinkerlust juga memainkan peran penting dalam mempertemukan penjual dan pembeli barang preloved. Teknologi ini memungkinkan akses yang lebih luas dan inklusivitas yang lebih tinggi bagi konsumen dari berbagai kalangan. Misalnya, barang mewah dari merek seperti Chanel, Louis Vuitton, atau Gucci yang dulunya hanya dapat diakses oleh segelintir kalangan, kini tersedia bagi banyak orang dengan harga yang jauh lebih terjangkau.

Tren thrifting barang mewah juga didorong oleh perubahan pola pikir konsumen, terutama di kalangan generasi muda seperti Gen Z dan milenial. Studi menunjukkan bahwa sekitar 62% dari konsumen Gen Z lebih memilih membeli barang preloved dibandingkan barang baru sebagai bagian dari upaya mereka untuk mengurangi dampak lingkungan. Keberlanjutan menjadi salah satu nilai jual utama dalam bisnis ini. Dengan membeli barang preloved, konsumen merasa bahwa mereka berkontribusi pada pengurangan limbah tekstil global, yang mencapai 92 juta ton setiap tahunnya. Perusahaan seperti Patagonia bahkan mendorong gerakan ini dengan mempromosikan penjualan barang preloved mereka sendiri sebagai bagian dari inisiatif keberlanjutan.

Pasar global barang mewah preloved juga didukung oleh harga yang lebih kompetitif dibandingkan barang baru. Meskipun barang-barang ini memiliki harga lebih rendah, kualitas dan nilai merek tetap terjaga, yang menjadikannya pilihan menarik bagi konsumen. Di e-commerce, diskon untuk barang preloved mewah bisa mencapai 50% hingga 70% dari harga aslinya. Faktor ini membuat barang-barang ini lebih mudah diakses oleh konsumen di negara berkembang, seperti Indonesia, di mana daya beli cenderung lebih rendah dibandingkan negara-negara maju. Dengan tingginya populasi muda yang melek digital, Indonesia menjadi salah satu pasar yang sangat potensial untuk barang preloved impor.

Dari sisi penjual, bisnis ini menawarkan margin keuntungan yang cukup tinggi. Dengan modal yang relatif kecil untuk membeli stok barang preloved dari luar negeri, para pelaku usaha dapat menjualnya kembali dengan harga yang jauh lebih tinggi di pasar domestik. Hal ini terutama berlaku untuk barang-barang mewah yang memiliki permintaan tinggi, seperti tas tangan, pakaian, atau sepatu dari merek-merek terkenal. Sebagai contoh, tas Chanel klasik yang dibeli di luar negeri dengan harga Rp20 juta bisa dijual kembali di Indonesia dengan harga Rp30 juta hingga Rp35 juta, tergantung pada kondisi barang dan kelangkaannya.

Platform e-commerce juga memberikan kemudahan bagi penjual untuk mengelola bisnis mereka. Teknologi seperti analitik data dan kecerdasan buatan membantu penjual memahami preferensi konsumen dan memprediksi tren yang sedang naik daun. Dengan demikian, penjual dapat mengoptimalkan strategi pemasaran mereka untuk meningkatkan penjualan. Selain itu, platform e-commerce seperti Shopee, Tokopedia, dan Instagram telah menjadi alat yang efektif untuk memasarkan barang-barang preloved kepada audiens yang lebih luas. Misalnya, dengan menggunakan fitur live shopping, penjual dapat mempresentasikan barang mereka secara langsung kepada pembeli potensial, menciptakan pengalaman belanja yang lebih interaktif.

Dampak dari bisnis ini terhadap pasar global juga tidak bisa diabaikan. Pasar barang preloved mewah menciptakan peluang ekonomi baru, terutama bagi negara-negara berkembang yang menjadi pusat distribusi. Selain itu, bisnis ini juga mendorong praktik perdagangan lintas batas yang lebih efisien, dengan peningkatan permintaan untuk layanan logistik dan pengiriman internasional. Di Indonesia, misalnya, perusahaan logistik seperti JNE dan DHL telah melihat peningkatan volume pengiriman barang preloved dari luar negeri.

Namun, bisnis ini juga menghadapi tantangan, terutama dalam hal autentikasi barang. Kepercayaan konsumen menjadi isu utama, karena banyak kasus barang palsu yang beredar di pasar. Untuk mengatasi masalah ini, beberapa platform e-commerce telah menggunakan teknologi blockchain dan sistem verifikasi pihak ketiga untuk memastikan keaslian barang yang dijual. Langkah-langkah ini membantu meningkatkan kepercayaan konsumen dan menjaga reputasi bisnis secara keseluruhan.

Dalam jangka panjang, potensi pertumbuhan bisnis barang mewah thrifting impor sangat besar, terutama di era e-commerce yang semakin berkembang. Dengan dukungan teknologi, perubahan pola pikir konsumen, dan perluasan pasar global, bisnis ini tidak hanya menawarkan keuntungan ekonomi tetapi juga memberikan dampak positif terhadap keberlanjutan lingkungan. Dengan strategi yang tepat dan fokus pada kualitas, pelaku usaha di sektor ini memiliki peluang besar untuk sukses di pasar yang semakin kompetitif.

Mengapa sneakers resale market menjadi cukup popular di kalangan muda dewasa ini?

Pasar resale sneakers telah menjadi fenomena budaya yang menarik perhatian generasi muda di seluruh dunia. Apa yang dulunya hanya merupakan segmen kecil bagi penggemar dan kolektor sneakers, kini telah berkembang menjadi industri global bernilai miliaran dolar. Pertumbuhan ini dapat dikaitkan dengan meningkatnya permintaan untuk sneakers edisi terbatas, pengaruh budaya populer, dan munculnya platform digital yang memfasilitasi transaksi resale. Merek-merek besar seperti Nike, Adidas, dan New Balance memainkan peran besar dalam mendorong tren ini, seringkali menciptakan kelangkaan buatan untuk meningkatkan permintaan, yang pada gilirannya memicu pasar sekunder yang berkembang pesat.

Salah satu alasan utama popularitas pasar resale sneakers adalah potensinya untuk memberikan keuntungan yang signifikan. Anak muda telah menyadari bahwa membeli dan menjual kembali sneakers edisi terbatas dapat memberikan hasil yang jauh lebih tinggi dibandingkan investasi tradisional. Sebagai contoh, sepasang Nike Air Jordans atau Yeezys yang dijual dengan harga ritel sekitar $200 dapat mencapai lebih dari $1.000 di platform resale seperti StockX atau GOAT. Menurut Cowen Research, nilai pasar resale sneakers global mencapai $6 miliar pada tahun 2020 dan diproyeksikan tumbuh hingga $30 miliar pada tahun 2030. Pertumbuhan pesat ini mencerminkan pergeseran konsumen yang lebih luas ke arah memperlakukan sneakers sebagai kelas aset, mirip dengan barang koleksi atau saham.

Peran platform digital tidak dapat diabaikan dalam kebangkitan pasar resale sneakers. Platform seperti StockX, GOAT, dan eBay telah merevolusi proses jual beli dengan menyediakan pasar yang aman dan transparan untuk transaksi. Platform ini menggunakan layanan autentikasi untuk memastikan bahwa pembeli menerima produk asli, sebuah faktor penting di industri yang penuh dengan barang palsu. Bagi generasi muda yang sudah terbiasa dengan teknologi digital, pengalaman pengguna yang mulus dan jangkauan global dari platform ini membuat partisipasi dalam pasar resale sangat menarik. Selain itu, integrasi sistem penawaran dan pelacakan harga waktu nyata pada platform seperti StockX menambahkan elemen permainan yang meningkatkan daya tarik pasar.

Budaya populer dan dukungan dari selebriti secara signifikan meningkatkan permintaan untuk sneakers eksklusif. Kolaborasi antara merek sneakers dengan selebriti seperti Travis Scott, Kanye West, dan Virgil Abloh menciptakan sensasi di kalangan konsumen muda. Sneakers edisi terbatas seperti Travis Scott x Air Jordan 1 atau koleksi Off-White x Nike terjual habis dalam hitungan menit, dan harga resale-nya sering melonjak hingga sepuluh kali lipat dari harga ritel. Media sosial seperti Instagram dan TikTok memperkuat hype, karena para influencer memamerkan sneakers ini sebagai simbol status dan modal budaya. Fenomena ini mendorong aspirasi generasi muda untuk memiliki dan memamerkan produk yang mencerminkan identitas mereka dan kelompok pergaulannya.

Kelangkaan adalah faktor lain yang mendorong pasar resale. Merek seperti Nike dan Adidas secara strategis merilis sneakers dalam jumlah terbatas untuk menciptakan kesan eksklusivitas. Model kelangkaan ini tidak hanya memastikan bahwa produk tetap bernilai di pasar sekunder tetapi juga memicu “budaya drop,” di mana konsumen dengan antusias menunggu dan bersaing untuk mendapatkan rilisan baru. Sensasi emosional dari berhasil mendapatkan sneakers yang didambakan selama drop adalah bagian besar dari daya tarik bagi pembeli muda. Selain itu, ketakutan akan kehilangan kesempatan (fear of missing out atau FOMO) mendorong konsumen untuk membayar harga premium di pasar resale jika mereka gagal membeli saat rilis awal.

Pasar resale sneakers juga menyoroti pentingnya keberlanjutan dan ekonomi sirkular yang semakin meningkat. Seiring dengan meningkatnya kesadaran lingkungan di kalangan generasi muda, gagasan untuk memperpanjang siklus hidup sneakers melalui resale selaras dengan nilai-nilai mereka. Platform seperti eBay dan Grailed, yang berfokus pada sneakers bekas dan vintage, semakin diminati karena konsumen memprioritaskan keberlanjutan. Tren ini tidak hanya menguntungkan lingkungan dengan mengurangi limbah tetapi juga menciptakan peluang baru bagi konsumen untuk mengakses produk unik dengan berbagai rentang harga.

Dinamika sosial juga memainkan peran penting dalam popularitas pasar resale sneakers. Memiliki sneakers langka atau edisi terbatas telah menjadi cara bagi generasi muda untuk mengekspresikan individualitas dan menunjukkan keterhubungan mereka dengan budaya kontemporer. Sneakers bukan lagi sekadar alas kaki fungsional; mereka adalah pernyataan mode, pemicu percakapan, dan bahkan aset investasi. Signifikansi budaya dari sneakers ini sangat terlihat di daerah perkotaan, di mana budaya jalanan dan sneakers saling terkait erat. Hubungan antara mode, budaya, dan ekspresi diri ini memastikan bahwa permintaan untuk sneakers eksklusif tetap kuat.

Kemajuan teknologi dan blockchain juga mulai memengaruhi pasar resale sneakers. Beberapa platform kini menggunakan teknologi blockchain untuk menciptakan sertifikat keaslian digital, yang memberikan tingkat kepercayaan tambahan dalam transaksi. Token yang tidak dapat dipertukarkan (NFT) juga mulai masuk ke industri sneakers, dengan merek-merek yang mengeksplorasi cara menggabungkan kepemilikan fisik dan digital. Sebagai contoh, konsumen dapat memiliki sneakers fisik dan NFT-nya secara bersamaan, yang semakin meningkatkan eksklusivitas dan nilai resale produk. Integrasi teknologi ini menarik bagi konsumen muda yang melek teknologi, memastikan bahwa pasar tetap inovatif dan dinamis.

Jangkauan global pasar resale sneakers semakin menegaskan daya tariknya. Konsumen dari berbagai belahan dunia dapat berpartisipasi di pasar ini, mengakses sneakers langka yang mungkin tidak tersedia di daerah mereka. Misalnya, sneakers edisi terbatas yang dirilis di AS atau Jepang sering kali menemukan pembeli antusias di Eropa, Asia Tenggara, dan Timur Tengah. Sifat internasional pasar ini tidak hanya memperluas basis pelanggan tetapi juga menciptakan peluang untuk arbitrase, di mana penjual kembali membeli produk di satu wilayah dan menjualnya dengan harga premium di wilayah lain.

Namun, pertumbuhan pesat pasar resale sneakers tidak lepas dari tantangan. Pemalsuan tetap menjadi masalah besar, karena tingginya permintaan dan profitabilitas pasar menjadikannya target barang palsu. Meskipun platform seperti StockX dan GOAT banyak berinvestasi dalam autentikasi, prevalensi sneakers palsu menyoroti perlunya kewaspadaan terus-menerus. Selain itu, ketergantungan pasar pada kelangkaan buatan telah memunculkan kritik atas implikasi etisnya, karena beberapa orang berpendapat bahwa ini memprioritaskan keuntungan daripada aksesibilitas. Meski begitu, pasar ini menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan yang terus berlanjut karena dampak budaya dan ekonominya yang terus meningkat.

Dampak pasar resale sneakers melampaui sekadar mode dan perilaku konsumen. Pasar ini juga memengaruhi industri lain, seperti fintech dan logistik. Solusi pembayaran seperti PayPal dan Klarna diuntungkan dari volume transaksi yang tinggi di pasar resale, sementara perusahaan logistik seperti FedEx dan DHL menangani pengiriman jutaan sneakers di seluruh dunia. Selain itu, kesuksesan pasar resale sneakers telah menginspirasi model serupa di kategori lain, seperti tas mewah, jam tangan, dan barang koleksi, menyoroti pengaruhnya yang lebih luas pada perdagangan global.

Sebagai kesimpulan, pasar resale sneakers telah muncul sebagai kekuatan budaya dan ekonomi yang kuat, didorong oleh faktor-faktor seperti kelangkaan, pengaruh selebriti, platform digital, dan konektivitas global. Pasar ini telah mengubah sneakers dari sekadar alas kaki menjadi simbol status, investasi, dan ekspresi diri, yang memikat imajinasi generasi muda di seluruh dunia. Seiring dengan evolusi pasar ini, kemungkinan besar akan semakin terintegrasi dengan teknologi dan keberlanjutan, memastikan relevansinya di masa depan. Ketahanan dan inovasi dalam pasar resale sneakers menegaskan posisinya sebagai tren yang mendefinisikan budaya konsumen modern.

Mengapa di pasar market resale, keaslian produk menjadi masalah yang cukup krusial?

Pasar resale telah menjadi salah satu segmen yang berkembang pesat di dunia, didorong oleh meningkatnya minat konsumen terhadap barang-barang bekas berkualitas tinggi, khususnya dalam kategori fashion, elektronik, dan barang mewah. Namun, keaslian produk menjadi masalah yang sangat krusial dalam pasar ini, karena banyaknya barang palsu yang masuk ke dalam sirkulasi. Masalah ini memengaruhi kepercayaan konsumen secara global dan mendorong pasar resale untuk berinvestasi dalam teknologi autentikasi yang lebih canggih. Dalam sebuah laporan dari Statista pada tahun 2023, pasar resale global diperkirakan mencapai nilai $130 miliar, dengan pertumbuhan tahunan sebesar 15%. Namun, pertumbuhan ini juga dibayangi oleh risiko produk palsu yang bisa mencapai 20% dari total transaksi di beberapa platform resale besar, menurut laporan oleh Bain & Company.

Salah satu tantangan utama dalam menjaga keaslian produk di pasar resale adalah minimnya transparansi rantai pasokan. Barang-barang yang dijual sering kali berasal dari individu atau sumber pihak ketiga, sehingga sulit untuk melacak asal-usul produk dengan pasti. Contohnya, dalam industri barang mewah, seperti tas dari Louis Vuitton atau Gucci, banyak produk yang terlihat identik dengan produk asli namun sebenarnya adalah replika berkualitas tinggi. Hal ini menciptakan dilema bagi konsumen dan penjual di platform resale seperti StockX, The RealReal, dan Vestiaire Collective, di mana reputasi platform sangat bergantung pada kemampuan mereka untuk menjamin keaslian produk yang dijual.

Teknologi autentikasi telah menjadi solusi utama untuk menghadapi masalah ini. Platform resale besar telah mulai menggunakan teknologi berbasis blockchain dan AI untuk memverifikasi keaslian produk, memungkinkan konsumen untuk melacak riwayat barang mulai dari pembelian pertama hingga saat ini. Contohnya, StockX menggunakan sistem tag berbasis blockchain untuk mengautentikasi produk sebelum dijual kepada pembeli. Namun, teknologi ini memiliki keterbatasan karena memerlukan biaya yang tidak kecil, yang pada akhirnya bisa meningkatkan harga produk bagi konsumen akhir. Kendati demikian, implementasi teknologi ini telah berhasil mengurangi jumlah barang palsu di platform tersebut hingga 30% dalam dua tahun terakhir.

Tren belanja barang resale semakin meningkat di kalangan generasi muda, terutama Gen Z dan Milenial, yang lebih peduli terhadap keberlanjutan dan jejak karbon. Dalam survei yang dilakukan oleh ThredUp pada tahun 2024, 62% responden dari generasi ini mengatakan bahwa mereka lebih memilih membeli barang resale daripada barang baru, karena faktor keberlanjutan dan nilai ekonomis. Namun, meningkatnya minat ini juga menjadi magnet bagi pelaku pasar gelap untuk menyusupkan produk palsu. Dalam industri sneaker, misalnya, Nike dan Adidas adalah dua merek yang sering menjadi target utama produk palsu, dengan estimasi kerugian global mencapai $500 juta setiap tahun akibat pemalsuan.

Masalah keaslian produk di pasar resale tidak hanya berdampak pada konsumen tetapi juga pada merek-merek besar. Reputasi merek dapat terancam jika produk palsu yang menyerupai produk asli mereka beredar luas di pasar resale, karena konsumen sering kali mengaitkan kualitas buruk barang palsu dengan merek asli. Dalam upaya melindungi reputasi mereka, merek-merek seperti Chanel dan Hermès telah bekerja sama dengan platform resale untuk menerapkan sistem sertifikasi langsung dari merek, memastikan bahwa produk yang dijual telah diverifikasi oleh pihak resmi. Langkah ini tidak hanya meningkatkan kepercayaan konsumen tetapi juga membantu merek menjaga kontrol atas citra mereka di pasar sekunder.

Dampak global dari masalah ini sangat signifikan, terutama karena pasar resale telah menjadi bagian penting dari ekosistem ekonomi dunia, dengan nilai pasar yang terus tumbuh. Dalam konteks perdagangan internasional, barang palsu sering kali diproduksi di negara-negara dengan regulasi lemah, seperti beberapa negara di Asia dan Afrika, sebelum diekspor ke pasar utama seperti Amerika Serikat dan Eropa. Menurut Organisasi Kepabeanan Dunia (WCO), produk palsu menyumbang 3,3% dari total perdagangan dunia, atau sekitar $500 miliar per tahun, angka yang terus meningkat seiring dengan perkembangan e-commerce.

Peran konsumen dalam memastikan keaslian produk juga tidak bisa diabaikan. Pendidikan konsumen menjadi elemen penting dalam meminimalkan risiko pembelian barang palsu, terutama dengan adanya peningkatan kesadaran akan teknik pemalsuan yang semakin canggih. Beberapa platform telah menyediakan panduan kepada pembeli tentang cara membedakan produk asli dari yang palsu, meskipun ini masih jauh dari cukup untuk mengatasi masalah secara keseluruhan. Dalam survei Deloitte pada tahun 2023, hanya 38% konsumen yang merasa yakin dapat membedakan produk asli dari produk palsu tanpa bantuan pihak ketiga, menyoroti perlunya pendekatan yang lebih komprehensif.

Selain itu, peraturan pemerintah juga memainkan peran penting dalam mengatasi masalah ini, dengan banyak negara yang mulai memberlakukan undang-undang lebih ketat untuk melindungi konsumen. Uni Eropa, misalnya, telah memperkenalkan Digital Services Act, yang mengharuskan platform e-commerce dan resale untuk lebih proaktif dalam memerangi penjualan barang palsu. Namun, penegakan hukum yang tidak merata di berbagai negara menciptakan celah bagi pelaku pasar gelap untuk tetap beroperasi, terutama di wilayah dengan pengawasan rendah.

Di sisi lain, masalah ini juga menciptakan peluang bisnis baru. Layanan autentikasi pihak ketiga kini semakin diminati, dengan perusahaan seperti Entrupy dan Real Authentication menawarkan jasa verifikasi berbasis AI untuk individu dan platform resale. Permintaan untuk layanan ini telah tumbuh lebih dari 50% dalam tiga tahun terakhir, menunjukkan kebutuhan mendesak untuk solusi yang lebih andal. Namun, tantangannya tetap pada menjaga keseimbangan antara biaya layanan dan kemampuan konsumen untuk membayar, agar pasar resale tetap inklusif bagi berbagai segmen ekonomi.

Dengan pertumbuhan pasar resale yang diperkirakan akan mencapai lebih dari $200 miliar pada tahun 2030, tantangan keaslian produk akan terus menjadi perhatian utama, baik bagi konsumen, merek, maupun pemerintah. Sebagai solusi jangka panjang, kolaborasi antara merek, platform, dan regulator diperlukan untuk menciptakan sistem yang lebih transparan dan aman. Pada akhirnya, keberlanjutan pasar resale tidak hanya bergantung pada pertumbuhan ekonominya tetapi juga pada tingkat kepercayaan konsumen terhadap produk yang mereka beli. Kepercayaan ini hanya bisa dijaga jika keaslian produk dijadikan prioritas utama dalam seluruh rantai pasokan pasar resale.

Mengapa Anda harus mengirimkan barang dengan SindoShipping dan bagaimana perusahaan kami dapat membantu Anda dan bisnis Anda mengirimkan barang dan produk ke Indonesia?

Visi perusahaan kami adalah membantu perusahaan di seluruh dunia untuk dapat mengekspor produk mereka ke Indonesia dengan mudah dan memperluas pasar mereka secara global, terutama di Asia Tenggara, karena Indonesia adalah pasar internet terkemuka dan ekonomi terbesar di kawasan ini. Kami bertujuan untuk mempermudah proses impor ke negara ini dan membantu jutaan orang Indonesia mengakses produk dari seluruh dunia dengan sistem pengiriman yang efektif.

Dengan dokumentasi dan perantara yang tepat, kami dapat membantu pelanggan kami mengirimkan beberapa kategori barang yang memiliki batasan terbatas ke Indonesia tanpa kendala langsung ke alamat pelanggan, karena kami memahami proses dan regulasi impor, termasuk proses perpajakan impor.

SindoShipping mengkhususkan diri dalam pengiriman elektronik, produk berteknologi tinggi, kosmetik, merek mewah, mainan, suplemen dan vitamin, fashion, tas dan sepatu, serta obat-obatan tradisional ke Indonesia sejak 2014 dengan layanan pengiriman yang sangat akurat dan pelacakan langsung selama pengiriman lintas batas sehingga pelanggan dapat merasa aman dan yakin dengan pengirimannya. Hubungi kami sekarang untuk informasi lebih lanjut di 6282144690546 dan kunjungi situs kami sindoshipping.

Leave an inquiry

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Blog

The blog is inspired by the luxury brand world knowledge and the information about shipping goods to Indonesia. With our expertise of shipping and the product knowledge, rest assured that your shipping are in the good hands.